Energi terbarukan akan selalu menjadi pembahasan yang menarik sampai bertahun-tahun ke depan. Sumber daya alam tersebut kini semakin terbatas dan menipis seiring waktu melaju. Bukan tanpa sebab, hubungan manusia dengan sumber energi menjadi semakin intim seiring dengan tingkat konsumsi yang menjadi-jadi. Hal ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia.

Memang, energi menjadi penopang kehidupan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Masyarakat bergantung pada energi di segala aktivitasnya, dari Sabang sampai Merauke.

Pemanfaatan energi di Indonesia sampai saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Namun seiring dengan waktu, energi fosil bisa mencapai batasnya secara kuantitas. Maka dibutuhkanlah Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebagai pilihan alternatif.

Ironisnya, pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan. Tahun lalu pemerintah menetapkan target penggunaan hingga sekitar 10,4 persen, namun kenyataannya realisasi penggunaan EBT baru sekitar 7,7 persen hingga akhir tahun lalu. Jika melihat angka ini, target delapan tahun mendatang atau pada tahun 2025 yang harus mencapai angka 23 persen, akan sulit dicapai. Apalagi, mengingat masyarakat masih bergantung pada energi primer masih cukup besar.

"Indonesia memiliki potensi EBT yang belum banyak dimanfaatkan, apalagi dengan target pencapaian EBT di tahun 2025 sebesar 23% harus ditinjau kembali. Untuk mencapai target tersebut harus jelas pemetaannya, misalnya bicara sumber energi angin di mana sumbernya di Indonesia yang sesuai kebutuhan, begitu juga sumber energi matahari harus tepat pemetaan tempat yang cocok untuk dikembangkan," ujar
Dirut Pertamina Elia Massa Manik

Minyak

Batu Bara

Gas Bumi

Indonesia sebenarnya memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar namun pemanfaatannya masih belum maksimal. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemanfaatan sumber energi per 2015 masih dikuasai oleh energi fosil.

Masyarakat masih bertumpu pada sumber energi minyak yang angka penggunaannya mencapai 43 persen, disusul dengan penggunaan batubara sebesar 28 persen dan gas bumi 22 persen.

Jika melihat data yang ada,
potensi energi di Indonesia sangat besar

Long-term average of annual sum
<1400 1600 1800 2000 2200> kWh/m2
  • Wind Energy
  • Solar Energy
  • Hydro Energy
  • Biomass Energy
  • Wave Energy

Indonesia memiliki potensi untuk melepaskan tumpuan pada energi fosil. Dari Sabang sampai Merauke ada banyak sekali sumber-sumber energi alternatif yang bisa digunakan untuk inovasi berkelanjutan.

Melalui blog competition yang diselenggarakan Kompasiana bersama Pertamina, ditelusurilah titik-titik energi alternatif untuk inovasi berkelanjutan di Indonesia yang dihimpun dari reportase Kompasianer yang berpartisipasi. Hasilnya tidak terduga, mulai dari tenaga angin yang dimanfaatkan sebagai sumber energi di desa kecil di pelosok Tasikmalaya, sumber energi tenaga matahari di daerah pesisir Malang, hingga seorang anak SMP yang bisa memanfaatkan limbah untuk diubah menjadi bioetanol.

Mandiri Energi untuk Wilayah Terisolir (Kepulauan Riau)

Kebutuhan energi tidak dapat dipungkiri tiap tahun terus meningkat. Pemerintah pun tidak tinggal diam, melalui UU No 30 tahun 2009 pemerintah mendukung pembangunan kelistrikan yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil.

Setiap daerah pun tentu memiliki potensi energinya masing-masing. Tapi potensi energi yang bisa dikembangkan di seluruh penjuru negeri termasuk daerah terisolir adalah Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm). Pasalnya, bahan baku sumber tenaga biomassa ini adalah tanaman dan kita tahu bahwa Indonesia adalah negara dengan tanah yang sangat subur untuk tanaman. Sehingga, di penjuru manapun potensi PLTBm bisa dibilang sangat tinggi.

Contohnya adalah PLTBm di Pulau Kundur, Kepulauan Riau yang menggunakan bahan baku tanaman Akasia, Kaliandra Merah, dan Lamtoro Gung.

Akasia

Kaliandra Merah

Lamtoro Gung

Nilai kalori yang dimiliki tanaman tersebut dalam keadaan kering bisa mencapai 4.500 kcal/kg. Bahkan Kompasianer yang menulis ulasan ini melakukan penelitian pada tanaman Kaliandra Merah dan hasilnya positif.

Keunggulan tanaman kaliandra merah ini antara lain dapat menambat nitrogen langsung dari udara, dimana nitrogen merupakan salah satu unsur dari pupuk NPK, memiliki bunga merah yang dapat dimanfaatkan untuk peternakan lebah, serta life cycle panen yang relatif pendek (6 bulan sekali dapat dipanen) dengan perolehan 30 ton /ha/tahun.

Dengan adanya konsep pengembangan tanaman serta pembangkit listrik secara lokal ini, secara langsung ekonomi masyarakat berkembang. Kekayaan lokal yang selama ini mungkin digunakan untuk membeli bahan pokok dari luar pulau bisa dihemat dan menjadi sumber tenaga mandiri.

LAN, Inkubator Riset Listrik Tenaga Angin di Pelosok Tasikmalaya

Di Jawa Barat tepatnya di Ciheras, Tasikmalaya, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang digunakan masyarakat sekitar sebagai sumber energi alternatif. Indonesia memiliki panjang garis pantai 99.093 kilometer persegi dari 13.466 pulau yang setiap saat dilalui hembusan angin. Hal ini menjadikan angin sebagai salah satu potensi energi terbarukan yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Lentera Angin Nusantara (LAN) adalah nama yang diusung untuk pengelolaan sumber energi alternatif ini. LAN didirikan oleh Ricky Elson, pria asal Padang yang membangun pusat riset ini sejak 2011. Baginya, persoalan besar di seluruh dunia saat ini tentang ketersediaan air bersih, ketersediaan pangan dan energi, mulai dari penyediaan hingga penggunaaan

"Ini menjadi latar belakang untuk mengembangkan teknologi Indonesia, saya ikut andil dalam memperjuangkan kedaulatan energi di Indonesia," ungkap Ricky Elson.

LAN, Inkubator Riset Listrik Tenaga Angin di Pelosok Tasikmalaya

Ricky Elson (kiri)

Di lokasi ini, telah berdiri sedikitnya 5 kincir angin yang masing-masing menghasilkan 500 VA. Bukan saja untuk keperluan riset, beberapa ruang penelitian sudah diterangi listrik tenaga angin.

LAN Ciheras dimulai dari pondok kecil yang dibangun oleh sekitar 10 orang anak muda. Hingga Januari 2012, berhasil didirikan 3 kincir angin pertama. Pada tahun 2015, Ricky kembali membangun 4 turbin.

Dalam perjalanannya, LAN Ciheras tidak semata-mata riset pembangkit listrik tenaga angin oleh para pendirinya, melainkan menjadi pusat riset berbagai hal. Setiap hari puluhan mahasiswa belajar dan menjalankan riset dibimbing langsung Ricky Elson pada bidang dan garapan masing-masing.

LAN, Inkubator Riset Listrik Tenaga Angin di Pelosok Tasikmalaya

Hasil riset LAN di Ciheras membawa angin segar. Pembangkit energi alternatif ini berhasil diaplikasikan pada pembangkit LAN di Pulau Sumba. Tepatnya di Desa Kalih, Desa Palinggi, dan di Desa Tanarara yang telah berhasil menerangi 80 kepala keluarga. Pembangkit listrik tenaga angin ini terwujud atas kerjasama yang dimotori Ricky Elson bersama Institute Bisnis Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), disponsori PT. Pertamina di tahun 2013.

Kincir Angin ala Youtube Bisa Mengairi Rumput di Lahan Pasir (Yogyakarta)

Berawal dan terinspirasi dari video di YouTube, sekelompok pemuda berinisiatif untuk bergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Dikti, serta melontarkan ide untuk membuat kincir angin untuk menghasilkan energi alternatif yang bisa digunakan oleh masyarakat.

Pemilihan kincir angin untuk diangkat dalam program usulan PKM tersebut bukanlah tanpa alasan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki garis pantai di sebelah selatan. Letak geografis tersebut menjadikan DIY memiliki potensi energi angin sebagai energi terbarukan. Kecepatan angin rata-rata di pantai selatan DIY adalah 4 meter/detik (data LAPAN).

Di pantai selatan DIY, tepatnya di pantai Baru, sudah ada pusat riset penelitian dan pengembangan kincir angin yang merupakan hasil kerja sama beberapa pihak. Beragam model dan ukuran kincir angin ada di situ. Kincir angin yang dikembangkan adalah kincir angin dengan sumbu horizontal, sedangkan kincir angin yang dikembangkan oleh Kompasianer Dimas Anggoro Saputro adalah kincir dengan sumbu vertikal.

Meskipun energi angin bisa didapatkan di mana saja, tetapi daerah-daerah yang berpotensi memiliki energi angin ini harus diidentifikasi agar pemanfaatan energi angin bisa lebih kompetitif.

Kemudian pilihan jatuh pada Desa Patihan, Gadingsari, Sanden, Bantul, DIY. Di desa tersebut mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan peternak. Di sinilah ada sebuah masalah yang harus dipecahkan. Untuk pakan hijau ternak, mereka menanam rumput gajah di lahan pasir. Irigasi yang menjadi permasalahan mereka.

Untuk mengairi lahannya, mereka memakai mesin pompa air berbahan bakar minyak. Setiap kali akan mengairi lahan tersebut, mereka harus membawa mesin pompa air yang cukup berat dari rumah, belum lagi harus membeli bahan bakar.

Kincir angin penggerak pompa air kami pilih sebagai alternatif mesin pompa berbahan bakar minyak. Energi potensial yang dimiliki daerah tersebut dimanfaatkan sebagai penggerak kincir angin. Kincir angin mengonversi energi potensial menjadi energi mekanik, menggerakkan tuas pompa air untuk menaikkan air dari dalam tanah. Hasilnya selain untuk irigasi, air dari pompa kincir angin tersebut biasa dipakai untuk membasuh diri petani seusai bekerja di ladang.

Mencari energi alternatif bukan hanya dari alam seperti angin, air, atau panas bumi. Limbah yang mencemari lingkungan pun jika diolah bisa menghasilkan energi baru untuk inovasi berkelanjutan.

Lihat saja yang dilakukan Mahdi Romzuz Zaki. Pelajar SMP asal Kota Malang ini awalnya merasa cemas melihat kenyataan sungai di sekitar rumahnya di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang yang tercemar limbah cair hasil pengolahan marning. Sudah sejak lama daerah tempat tinggalnya dikenal sebagai sentra produksi makanan ringan berbahan olahan jagung itu.

Pabrik-pabrik itu tidak memiliki tempat penampungan sehingga limbah langsung dibuang ke sungai. Sedikitnya, setiap hari 16.000 liter limbah cair dibuang di sungai dengan cara dialirkan melalui pipa-pipa. Melihat itu Zaki cemas karena limbah-limbah itu bisa merusak ekosistem sungai. Mengingat limbah itu memiliki kadar power of hydrogen (pH) atau kadar keasaman yang cukup tinggi.

Kondisi inilah yang membuat Mahdi berupaya untuk mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ia bersama rekannya kemudian sepakat untuk membuat bioetanol dari olahan limbah tersebut.

Ia memulainya dengan peralatan sederhana berupa erlenmeyer yang diberi selang untuk menyuling limbah cair tersebut. Mulanya limbah yang mengandung kadar karbohidrat tinggi itu difermentasi menggunakan asam sitrat untuk menurunkan kadar keasaman dan bakteri Saccharomyces yang didapat dari ragi tape. Proses fermentasi berlangsung selama dua pekan untuk menjadi bioetanol, lalu disuling.

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan Mahdi, 100 mililiter limbah marning bisa menghasilkan 3,5 mililiter bioetanol dengan kadar alkohol yang cukup tinggi yakni 86,5 persen dalam satu kali suling. Dengan perhitungan lanjutan, jika 16 ribu liter limbah disuling maka akan menghasilkan 640 liter bioetanol setiap harinya.

Tentu saja jumlah yang banyak dan dapat menjadi potensi sumber energi terbarukan yang berpeluang menjanjikan. Kini harga bioetanol beralkohol tinggi berkisar Rp 30 ribu per liter.

"Bisa buat penghemat bahan bakar kendaraan bermotor dengan dicampur ke bahan bakar yang takaran bioetanolnya tidak lebih dari 25 persen dari keseluruhan bahan bakar," ujar Mahdi.

Di Kabupaten Malang, hasil panen jagung setiap tahunnya mencapai 300.000 ton dari 35 hektar lahan penghasil panen jagung terbesar di Jawa Timur.

Dari hasil panen jagung tersebut, sebanyak 60 persen digunakan untuk makanan ternak dan sebagian sisanya untuk bahan makanan.

Energi alternatif sebenarnya selalu ada di dekat kita.
Baik itu sinar matahari, air, maupun angin.
Tuhan memberikan semua itu untuk digunakan semaksimal mungkin tanpa menuntut balas apapun dari manusia,
tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kehidupan kita di muka bumi ini
sehingga potensi yang dimilikinya bisa kita manfaatkan sebesar-besarnya.